Vape, atau biasa
dikenal dengan sebutan rokok elektrik adalah alat yang biasa digunakan sebagai
alat alternatif pengganti rokok tembakau yang di bakar atau rokok konvensial. Liquid yang digunakan pada vape terbuat
dari kandungan PG (Propylene Glycol),
VG (Vegetable Glycerin), dan nikotin
cair. Vape menghasilkan uap, bukan
asap. Liquid pada vape dipanaskan hingga menghasilkan uap,
dan sensasi yang dihasilkan adalah dari uap liquid
tersebut, sehingga sama sekali tidak menghasilkan tar atau racun seperti pada
rokok tembakau. Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa vape lebih aman daripada rokok konvensional.
“Orang-orang merokok untuk nikotin, tetapi
mereka mati karena TAR”, itu ucapan yang terkenal dari Michael Russell, bapak
teori pengurangan bahaya tembakau dan pengembang permen nikotin. Sebagian orang
mungkin akan menjawab zat tersebut sebagai kandungan berbahaya dalam rokok.
Namun, ada hal-hal lebih rinci yang perlu diketahui soal zat yang terdapat pada
rokok ini. Secara kimiawi, nikotin merupakan senyawa organik kelompok alkaloid.
Ia dihasilkan secara alami dari berbagai macam tumbuhan, seperti suku
terung-terungan (Solanaceae),
tembakau, tomat, dan kafein. Senyawa alkaloid tersebut memiliki efek candu dan
bersifat stimulan ringan. Pada tubuh yang sehat, nikotin bahkan tak memiliki
efek yang signifikan.
“Nikotin memang membuat kecanduan, tapi tidak
memicu berbagai penyakit yang lazim disebutkan pada kemasan rokok”, ujar
Amaliya, PhD, tim peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP)
Indonesia. Keamanan nikotin dalam
jangka panjang telah diamati dari hewan dan manusia yang menggunakan nikotin
selama bertahun-tahun. Peneliti menyimpulkan tak ada zat karsinogen pada tubuh
responden yang menggunakan nikotin obat seperti permen karet, pelega
tenggorokan, inhaler, dan semprotan.
Zat tersebut juga tidak meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke,
bahkan pada orang dengan penyakit jantung sebelumnya.
Pada 1988, para ahli bedah
di Amerika menggolongkan merokok sebagai aktivitas yang membuat kecanduan. Hal
ini diakibatkan adanya kandungan nikotin dalam rokok. Namun, nikotin bukan
komponen faktor risiko berbagai penyakit seperti jantung, kanker, dan
paru-paru. Tertuduhnya adalah tar, senyawa yang dihasilkan dari proses
pembakaran. Artinya, selama tembakau tidak dibakar, dia aman. Pada penggunaan
vape, tidak ada proses tembakau yang
dibakar, melainkan hanya proses penguapan (pemanasan) pada liquid sehingga vape menghasilkan
uap.
Tar, seperti dicatat National Cancer Institute Amerika Serikat, merupakan zat kimia yang dihasilkan saat tembakau dibakar. Ia mengandung sebagian besar penyebab kanker dan bahan kimia berbahaya lainnya dalam asap tembakau. Ketika asap rokok dihirup, tar dapat membentuk lapisan lengket di bagian dalam paru-paru. Kondisi tersebut dapat merusak paru-paru, menyebabkan kanker, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya. Menghirup asap tembakau juga menyebabkan jenis kanker lain, termasuk kanker mulut dan tenggorokan.
Aktivitas merokok masih menjadi
penyebab kematian terbesar yang sejatinya dapat dicegah. Merokok mempengaruhi
perkembangan janin, secara signifikan meningkatkan risiko kanker tertentu,
serangan jantung, stroke, dan memperparah kondisi orang dengan diabetes. Namun,
bukan berarti beralih ke produk tembakau tanpa pembakaran aman dari risiko
kesehatan. Perlu diingat, selain nikotin, ada sekitar 6.000 bahan kimia
lainnya dalam asap rokok, sehingga sulit mengetahui komponen mana yang paling
menimbulkan risiko kesehatan. Karbon monoksida, nitrogen oksida, dan konstituen
gas asap rokok lain, misalnya, telah terbukti mengurangi transportasi oksigen
ke sel, meningkatkan pertumbuhan plak aterosklerotik dalam pembuluh darah, dan
membuat platelet darah lengket sehingga membentuk gumpalan.
Daftar Pustaka
: Widya Putri, Aditya. "Nikotin dan Tar: Mana yang Berbahaya?".
tirto.id.